Pagi-pagi kita
siap kembali ke pulau Wundi, Kepulauan Padaido buat liputan selanjutnya :
Diving di Kepulauan Padaido! TAPI, kali ini kita ga sembarangan diving.. Ada
tujuan khusus yang ditekankan dalam penyelaman kali ini : Mencari Peninggalan Bersejarah dari Perang Dunia II di Kepulauan
Padaido!
Mungkin banyak yang belum tahu
kalau kepulauan Padaido banyak menyimpan cerita tentang kejamnya Perang Dunia
II. Kepulauan di tenggara pulau Biak ini telah menjadi saksi bisu dari perang
yang meletus tahun 1945 yang kemudian banyak meninggalkan puing-puing yang
tersebar di hampir seluruh wilayah kepulauan Biak, termasuk kepulauan Padaido
ini.. Salah satunya pulau Wundi. Konon, dulu pulau Wundi pernah dijadikan
sebagai markas Angkatan Darat tentara sekutu Amerika saat Perang Dunia II
berlangsung.. Salah satu sesepuh di pulau Wundi, om Morin bercerita, dulu saat
dia kecil, hidup berdampingan dengan para tentara sudahlah biasa.. Bahkan om
Morin kecil sering meminta roti kepada tentara-tentara tersebut.. Awalnya,
banyak sekali peninggalan tentara sekutu yang terdapat di pulau Wundi, sebutlah
barak tentara, menara pengawas, tank-tank besar (tak heran, karena pulau Wundi
merupakan markas Angkatan Darat saat itu) hingga nampan besi untuk makanan
tentara pun banyak ditemukan di pulau Wundi ini.. Bahkan kata om Morin, dulu
pernah ada pesawat yang mendarat di pulau Wundi karena kehabisan bahan bakar
dan kemudian ditinggalkan pilotnya hingga menjadi bangkai pesawat yang tidak
terpakai lagi.. Pernah satu kali saat saya syuting di pesisir pantai, seorang
penduduk disana menunjukkan botol Coca Cola yang katanya peninggalan tentara AS
dahulu.. Emang sih, kalo dipikir2 di pulau Wundi tidak ada warung yang jual
minuman ringan macem Coca Cola dan botol yang ditemukan pun tampak kuno dan
lebih besar daripada botol ukuran sekarang.. So, I think it’s kinda cool found
something like that! Namun seiring berjalannya waktu, semua peninggalan itu
perlahan-lahan mulai hilang karena kerap diambil untuk kemudian dijual ke
pengepul besi tua di Bosnik.. Jadi sekarang di pulau Wundi benar-benar
habis-bis-bis ga bersisa.. Bisa dibayangkan dulunya pulau ini dijadikan markas
Angkatan Darat tentara sekutu, pasti banyak mobil dan tank yang bersarang
disini, tapi satu demi satu peninggalan bersejarah itu hilang tak bersisa…
"It’s cool to know that there are still many people who yet aware and remember their roots deep within, appreciate their ascendants no matter how far it is.."
Om Morin juga menambahkan, banyak orang asing yang mampir kesini, jauh-jauh dari Amerika datang untuk berkunjung dan melihat seperti apa markas tentara sekutu AS di kepulauan Padaido.. Banyak juga orang asing tersebut yang tiba-tiba menangis saat tengah bercerita kepada warga lokal di pulau Wundi, ternyata mereka adalah keturunan dari tentara sekutu yang ditugaskan di kepulauan Padaido sini.. Mereka hendak napak tilas dengan tempat yang dijadikan markas leluhurnya saat Perang Dunia II berlangsung.. Dengerin cerita itu, saya sempet terharu juga.. It’s cool to know that there are still many people who yet aware and remember their roots deep within, appreciate their ascendants no matter how far it is.. Mereka rela datang jauh-jauh dari beda benua, ke Indonesia untuk mengenang leluhurnya… Ini yang patut dicontoh oleh orang Indonesia, menghargai kerja keras leluhur kita dan melestarikan sejarah yang terukir di Indonesia, biar ga punah dimakan zaman.. Dimulai dari yang simple aja dulu deh, misalnya jangan coret-coret peninggalan bersejarah seperti candi, gua, museum, dsb.. apalagi merusak atau mencuri propertinya! Kalo peninggalan bersejarah itu awet dan tetap lestari, ujung2nya nguntungin kita juga kok.. Nilai ekoturismenya pasti tinggi, kemudian bisa mengundang turis-turis domestik dan mancanegara untuk datang, yang akhirnya bawa nama besar pariwisata Indonesia juga.. indeed, as simple as that! Saya salah satu orang yang percaya bahwa Indonesia bisa maju cuma dari PARIWISATA aja.. Kenapa? Budaya Indonesia itu kaya banget, men! Belum lagi peninggalan bersejarah yang ada di Indonesia, dan juga warisan budaya benda dan tak benda yang ada di Indonesia, itu semua value yang bisa digunakan buat memajukan Indonesia di mata dunia.. Tinggal kitanya aja yang bebenah diri.. NEEDLESS TO SAY!
"Saya salah satu orang yang percaya bahwa Indonesia bisa maju cuma dari PARIWISATA aja.. Budaya, peninggalan bersejarah, warisan budaya benda dan tak benda yang ada di Indonesia, itu semua value yang bisa digunakan buat memajukan Indonesia di mata dunia.. Tinggal kitanya aja yang bebenah diri.."
Nah salah satu
peninggalan bersejarah yang ada di kepulauan Padaido, tepatnya di pulau Wundi
adalah shipwreck yang letaknya ga
jauh dari pesisir pantai.. Dan shipwreck itulah
bintang utama dari segmen kita kali ini.. Tapi sebelum kita memulai aktivitas,
tim JP disuguhkan makan siang yang maknyus bangeeet kata saya mah.. Saya
tipikal orang yang bisa makan apa aja dan dalam keadaan apa aja (because I love
to eat SOOO MUCH!), tapi yang disuguhkan oleh mama-mama di pulau Wundi ini WOW
bangeeet.. Liputan belum juga dimulai, tapi kita udah dimanjain dengan makanan
khas Biak seperti Sop Ikan Kuah Kuning, Cumi Bakar, Gurita Asap, Sayur Daun Pepaya, dan Ikan Tenggiri Bakar
lengkap dengan Sambal Colo-Colo nyaaaaa!! *PingsanKekenyangan!*
Makanan yang disajikan mama-mama di Pulau Wundi |
Sayur Daun Pepaya, salah satu makanan khas Biak |
Sayur Ikan Bumbu Kuning |
Ikan Tenggiri Bakar |
daaaaaaan..... Sambel Colo-Colo favorit sayaaaaa! xD |
Di sekitar
bangkai kapal kita menemukan tabung besi bulat panjang, panjangnya sekitar 1
meter dan diameter 25 cm.. Dan ternyata itulah yang dicari-cari oleh warga
pulau Wundi.. Tenyata sudah cukup lama warga disini melakukan penyelaman untuk
mencari (apa yang mereka sebut dengan) BESI TUA.. Dan kebanyakan benda yang
diangkut ke permukaan itu adalah BOM! Saya sempat ga habis pikir dengan
keberanian mereka melakukan hal tersebut dalam jangka waktu yang lama,
mengingat resiko yang dihadapi itu banyak sekali.. Pertama, mereka menyelam
nggak menggunakan alat selam yang seharusnya, tapi cuma menggunakan kompressor, alat yang biasa digunakan untuk mengisi angin ban.. Penyelaman dengan compressor terbukti berbahaya karena bisa menyebabkan dekompresi.. Penyakit dekompresi merupakan kelainan akibat pelepasan dan pengembangan gelembung gas dalam darah atau jaringan karena penurunan tekanan di sekitarnya. Gejala yang dirasakan dari dekompresi diantaranya adalah menggigil, kesemutan, pegal-pegal, kelumpuhan tubuh bahkan bisa berujung pada kematian.
Umumnya para penyelam tradisional ini menghilangkan rasa sakit di beberapa bagian tubuh tersebut, dengan minum obat-obatan yang biasa dijual di warung, atau dengan cara dipijat. Mereka tidak menyadari, sebenarnya bahaya besar seperti kelumpuhan tubuh, sedang mengintai. Setiap tahun, kasus gangguan kesehatan akibat menyelam secara tradisional dengan menggunakan kompresor selalu berulang. Bahkan beberapa orang sampai meninggal dunia. Sebagian besar para penyelam tradisional umumnya masih enggan memeriksakan gejala-gejala awal, seperti sakit di bagian telinga, kening, atau rasa kesemutan dan ngilu di bagian persendian akibat menyelam. Semua keluhan ini terutama diakibatkan minimnya pengetahuan, tentang teknik menyelam yang benar dan aman.
Risiko kedua, apa yang mereka cari adalah benda yang sangat berbahaya : BOM. Meski usia bom-bom peninggalan Perang Dunia II sudah puluhan tahun, namun tak lepas kemungkinan jika bom tersebut masih aktif dan berbahaya.
Umumnya para penyelam tradisional ini menghilangkan rasa sakit di beberapa bagian tubuh tersebut, dengan minum obat-obatan yang biasa dijual di warung, atau dengan cara dipijat. Mereka tidak menyadari, sebenarnya bahaya besar seperti kelumpuhan tubuh, sedang mengintai. Setiap tahun, kasus gangguan kesehatan akibat menyelam secara tradisional dengan menggunakan kompresor selalu berulang. Bahkan beberapa orang sampai meninggal dunia. Sebagian besar para penyelam tradisional umumnya masih enggan memeriksakan gejala-gejala awal, seperti sakit di bagian telinga, kening, atau rasa kesemutan dan ngilu di bagian persendian akibat menyelam. Semua keluhan ini terutama diakibatkan minimnya pengetahuan, tentang teknik menyelam yang benar dan aman.
Risiko kedua, apa yang mereka cari adalah benda yang sangat berbahaya : BOM. Meski usia bom-bom peninggalan Perang Dunia II sudah puluhan tahun, namun tak lepas kemungkinan jika bom tersebut masih aktif dan berbahaya.
Ini segment pas saya menyelam mencari peninggalan Perang Dunia II di perairan Biak
CATATAN :
- Kalo mau diving disini, disarankan menggunakan jasa dive resort yang sudah berpengalaman. Tim Jejak Petualang kemarin kerjasama dengan Biak Divers milik om Julius yang notabene orang Biak asli dan sudah terjun di dunia diving sejak tahun 1994, jadi sudah terjamin kredibilitasnya.. om Julius juga orangnya baiiiik banget dan sabar ngadepin orang kayak saya yg banyak nanya ini-itu… wkwkwk!
wah sayang sekali bangke2 sisa PD II banyak yg di loakin
ReplyDeleteasli biak keren euuyyy ! bacanya aja udh geregetan apalagi terjun langsung .. dan yang pasti cuma ada di indonesia . ah jdi kabita daving di sana saya teh -_____-
ReplyDeleteYess! Biak is so much worthed to visit... ;)
ReplyDelete